Kamis, 19 Maret 2009

Selasa, 1 Januari 2008. Pontianakpost

Belasan TKI Kalbar Terlantar
Satu Anak Alami Dehidrasi

Pontianak,- Sebanyak 12 tenaga kerja Indonesia (TKI) Kalbar dari Malaysia terlantar di Pelabuhan Pontianak, Senin (31/12) pagi. Dua diantara rombongan TKI tersebut merupakan balita, yang salah satunya mengalami dehidrasi dan segera dilarikan ke RSUD Sudarso.

Para TKI tersebut mengaku datang menggunakan kapal dari Tanjung Priok Jakarta. Mereka tiba di Pontianak pukul 09.30 WIB. Namun, setelah lebih dari satu jam menunggu, tak satu pun petugas dari Dinas Sosial Kalbar datang. Bahkan, hingga semua penumpang kapal turun, mereka masih kebingungan karena tak ada petugas yang mengurus mereka. Padahal, tiga hari sebelum kedatangan mereka, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan Departemen Sosial Jakarta telah mengirimkan fax kepada Dinas Sosial Kalbar, untuk memberi tahu kedatangan TKI tersebut.

Akhirnya, lima TKI asal Pontianak meninggalkan rombongan dan pulang sendiri ke rumahnya di Siantan. Sementara itu, TKI lainnya menghubungi Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP). Kemudian, TKI tersebut dijemput langsung oleh Br Stephanus Paiman OFM Cap, selaku Penanggung Jawab FRKP.

Sebagian dari TKI tampak kelelahan. Fitriani (23) tampak bingung melihat anaknya, Inasilawati (1,9) yang terlihat lemas. �Seharian ini anak saya tidak mau makan. Anak saya tidak sakit, hanya kata dokter di Kuala Lumpur ada cairan di otaknya, kepalanya akan terus membesar,� ujar TKI asal Putussibau kepada Pontianak Post, kemarin.

Fatriani mengungkapkan telah bekerja di Malaysia selama enam tahun. Dia kembali ke Kalbar karena paspornya habis. Sementara itu, seorang TKI asal Sambas, Inem (nama samaran-red) (21), mengaku kabur dari rumah majikannya di Malaysia. �Sebenarnya saya malu mau ngomong. Tolong jangan tulis nama saya. Saya kabur karena diperkosa majikan. Setelah kabur, saya malah masuk penjara lima bulan. Majikan saya hanya dikenakan denda 5000 ringgit, dan semua uang itu diberikan kepada petugas migrasi di sana,� jelas Inem dengan mata berkaca-kaca.

Penanggung Jawab FRKP, Br Stephanus Paiman OFM Cap mengatakan FRKP akan memberikan ongkos pulang kampung untuk TKI asal Sambas dan Mempawah. �TKI asal Sambas dan Mempawah akan kita antar ke terminal. Namun, untuk TKI asal Putussibau, mungkin Kamis depan baru dipulangkan. Karena sekarang ini tidak ada bus ke Putussibau,� ujar Stephanus, kemarin.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Kalbar, Katarina Lies yang datang ke FRKP untuk melihat kondisi TKI mengungkapkan, akan membawa Inasilawati, anak TKI asal Putussibau itu ke RSUD Sudarso. Katarina juga berusaha berulang kali menghubugi handphone petugas Dinas Sosial, namun tidak ada yang aktif.

�Seharusnya, walaupun libur, mereka harus tetap stand by. Apalagi Departemen Sosial pusat telah berkoordinasi dan mengirimkan fax. Nanti, kalau ditanya siapa yang menerima fax tersebut, semuanya lempar tanggung jawab,� sesal Katarina kepada Pontianak Post, kemarin.

Katarina menambahkan terlantarnya TKI ini merupakan penyakit lama. Padahal Dinas Sosial mempunyai dana untuk mengurus kepulangan TKI. �Seharusnya Dinas Sosial juga bisa bekerjasama dengan Dinsosnaker,� timpal Katarina. (uni)



< Sebanyak 12 tenaga kerja Indonesia (TKI) Kalbar dari Malaysia terlantar di Pelabuhan Pontianak, Senin (31/12) pagi. Dua diantara rombongan TKI tersebut merupakan balita, yang salah satunya mengalami dehidrasi dan segera dilarikan ke RSUD Sudarso.

Para TKI tersebut mengaku datang menggunakan kapal dari Tanjung Priok Jakarta. Mereka tiba di Pontianak pukul 09.30 WIB. Namun, setelah lebih dari satu jam menunggu, tak satu pun petugas dari Dinas Sosial Kalbar datang. Bahkan, hingga semua penumpang kapal turun, mereka masih kebingungan karena tak ada petugas yang mengurus mereka. Padahal, tiga hari sebelum kedatangan mereka, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan Departemen Sosial Jakarta telah mengirimkan fax kepada Dinas Sosial Kalbar, untuk memberi tahu kedatangan TKI tersebut.

Akhirnya, lima TKI asal Pontianak meninggalkan rombongan dan pulang sendiri ke rumahnya di Siantan. Sementara itu, TKI lainnya menghubungi Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP). Kemudian, TKI tersebut dijemput langsung oleh Br Stephanus Paiman OFM Cap, selaku Penanggung Jawab FRKP.

Sebagian dari TKI tampak kelelahan. Fitriani (23) tampak bingung melihat anaknya, Inasilawati (1,9) yang terlihat lemas. �Seharian ini anak saya tidak mau makan. Anak saya tidak sakit, hanya kata dokter di Kuala Lumpur ada cairan di otaknya, kepalanya akan terus membesar,� ujar TKI asal Putussibau kepada Pontianak Post, kemarin.

Fatriani mengungkapkan telah bekerja di Malaysia selama enam tahun. Dia kembali ke Kalbar karena paspornya habis. Sementara itu, seorang TKI asal Sambas, Inem (nama samaran-red) (21), mengaku kabur dari rumah majikannya di Malaysia. �Sebenarnya saya malu mau ngomong. Tolong jangan tulis nama saya. Saya kabur karena diperkosa majikan. Setelah kabur, saya malah masuk penjara lima bulan. Majikan saya hanya dikenakan denda 5000 ringgit, dan semua uang itu diberikan kepada petugas migrasi di sana,� jelas Inem dengan mata berkaca-kaca.

Penanggung Jawab FRKP, Br Stephanus Paiman OFM Cap mengatakan FRKP akan memberikan ongkos pulang kampung untuk TKI asal Sambas dan Mempawah. �TKI asal Sambas dan Mempawah akan kita antar ke terminal. Namun, untuk TKI asal Putussibau, mungkin Kamis depan baru dipulangkan. Karena sekarang ini tidak ada bus ke Putussibau,� ujar Stephanus, kemarin.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Kalbar, Katarina Lies yang datang ke FRKP untuk melihat kondisi TKI mengungkapkan, akan membawa Inasilawati, anak TKI asal Putussibau itu ke RSUD Sudarso. Katarina juga berusaha berulang kali menghubugi handphone petugas Dinas Sosial, namun tidak ada yang aktif.

�Seharusnya, walaupun libur, mereka harus tetap stand by. Apalagi Departemen Sosial pusat telah berkoordinasi dan mengirimkan fax. Nanti, kalau ditanya siapa yang menerima fax tersebut, semuanya lempar tanggung jawab,� sesal Katarina kepada Pontianak Post, kemarin.

Katarina menambahkan terlantarnya TKI ini merupakan penyakit lama. Padahal Dinas Sosial mempunyai dana untuk mengurus kepulangan TKI. �Seharusnya Dinas Sosial juga bisa bekerjasama dengan Dinsosnaker,� timpal Katarina. (uni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar